Sering banget kita mendengar orang menyebut soal TV kabel. Apa sih bedanya dengan TV nonkabel?
Siaran televisi (TV) kabel memang sudah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, hal itu masih jadi konsumsi yang cukup mahal. Dengan kondisi: jumlah operator sedikit, hanya terdapat di beberapa kota besar (seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya), serta jumlah pelanggan terbatas di masyarakat kelas atas. Sebenarnya, seperti apa sih TV kabel itu?
Sesuai dengan namanya, kabel merupakan media penghubung antara operator siaran TV dan pelanggan. Sistem TV kabel yang pertama (dibuat pada tahun 1948) menggunakan kabel jenis twin lead. Kabel ini berbentuk pita seperti yang dipasang pada TV hitam putih. Sistem berikutnya (dibuat tahun 1950) telah menggunakan kabel coaxial. Kabel coaxial tersusun dari konduktor dalam yang diselimuti isolator dan konduktor luar, seperti yang dipasang antara antena dan pesawat TV zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, dimanfaatkan juga jaringan microwave, satelit, dan kabel serat optik.
Perjalanan TV kabel
Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa rumah sekitarnya.
Tahun 1948, Ed Parson yang tinggal di Astoria, Oregon, membuat sistem community antenna television (CATV) dengan media kabel twin-lead dan dipasang dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Sementara itu, pada tahun 1950, Bob Tarlton membangun sistemnya di Lansford, Pennsylvania, dengan menggunakan kabel coaxial yang dipasang pada tiang. Ia mendapat hak monopoli di kotanya dan menyiarkan tiga saluran bagi pelanggannya.
Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedung-gedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan. Selain itu, semakin lama tidak hanya sekadar menjadi sambungan ekstensi dari siaran TV lokal saja, tapi sudah mampu memberikan layanan yang dapat menyaingi siaran TV lain.
Melihat perkembangan itu, Federal Communication Commision (FCC) membuat batasan bagi TV kabel untuk menerima siaran televisi jarak jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan tadi dengan membuat undang-undang yang membatasi kemampuan operator TV kabel dalam menyiarkan: film, sekilas peristiwa, dan lain-lain.
Akan tetapi, pada tahun 1972 dikeluarkan kebijakan deregulasi bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan semakin diperlonggar. Hal itu membangkitkan industri pembuat kelengkapan televisi kabel di tingkat lokal dan federal. Dengan demikian, terjadilah pertumbuhan layanan siaran dan penambahan pelanggan. Penggunaan teknologi microwave, komunikasi satelit, dan kabel serat optik sebagai media tambahan juga meningkatkan pertumbuhan layanan. Selain itu, diperoleh pula peningkatan saluran dengan cara kompresi data video digital.
Di Indonesia sendiri TV kabel muncul pada awal tahun 1990-an. Saat ini sedikitnya ada tiga operator yang masih terpaku untuk melayani kalangan tertentu di beberapa kota besar. Biaya penyambungan dan langganan yang tinggi membuat belum banyak orang berminat menjadi pelanggan. Belum lagi jumlah stasiun televisi yang tampaknya masih dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat kita. Apalagi dengan munculnya TV-TV lokal.
Headend adalah sumber dari sinyal yang dipancarkan ke sistem kabel. Headend tidak hanya menerima sinyal siaran lokal untuk dipancarkan saja, tetapi juga dapat menerima sinyal-sinyal: siaran dari kota yang jauh, siaran dari satelit, dan dari gelombang microwave. Karena itu, headend dilengkapi dengan perangkat penunjang, seperti menara dan berbagai jenis antena, termasuk antena parabola, untuk menerima siaran dari satelit.
Selain itu, headend bisa mempunyai program siaran sendiri sehingga membutuhkan studio yang memadai untuk menghasilkan program siarannya. Untuk aplikasi ini, headend dapat mengatur sendiri waktu dan saluran yang diperlukan. Adapun waktu dan saluran untuk community access biasanya dipercayakan kepada franchise lokal. Pada umumnya sistem TV kabel tidak dapat melakukan editing kontrol terhadap kualitas atau isi program-program community access.
Sistem kabel terdiri atas dua bagian, yaitu sistem trunk dan sistem distribusi. Sistem trunk berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelompok-kelompok pelanggan. Perangkat-perangkat dalam sistem trunk adalah kabel trunk dan trunk amplifier. Trunk amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal yang melemah akibat panjangnya kabel. Ia dipasang pada tiap jarak tertentu. Jumlah amplifier yang dipasang pada kabel dibatasi oleh nilai noise dan distorsi pada amplifier bersangkutan. Kabel yang bermutu baik akan mengurangi jumlah amplifier untuk panjang kabel yang sama.
Sistem distribusi berfungsi untuk mendistribusikan sinyal ke tiap-tiap rumah dalam satu kelompok pelanggan. Antara sistem trunk dan sistem distribusi dipasang interface yang disebut bridger amplifier. Perangkat pendukung sistem distribusi adalah kabel distribusi, line extender amplifier, dan tap. Fungsi line extender amplifier pada sistem distribusi serupa dengan fungsi trunk amplifier pada sistem trunk. Tap berfungsi sebagai titik pengambilan sinyal atau percabangan untuk kabel drop yang dihubungkan dengan perangkat pada pelanggan. Berbeda dengan kabel distribusi yang berstruktur kaku, kabel drop mempunyai struktur yang fleksibel/lentur.
Di rumah pelanggan, keluaran kabel drop dihubungkan dengan TV atau VCR (video cassete recorder). Tetapi, jika TV atau VCR pelanggan tidak dapat menemukan seluruh kanal yang ada (karena VCR tidak kompatibel dengan sistem kabel), diperlukan converter yang berfungsi sebagai interface/penerjemah antara TV dan sistem kabel. Biasanya, converter telah disediakan oleh operator TV kabel. Jika sinyal siaran yang dikirim oleh headend melalui proses pengacakan (scrambling), pada converter harus dipasang descrambler.
Pita frekuensi dan kanal
Pita frekuensi sinyal operasi TV kabel relatif lebar, berkisar 50 MHz sampai dengan 450 MHz, bahkan hingga 1 GHz. Pita frekuensi selebar itu dibagi menjadi banyak kanal. Lebar tiap kanal disesuaikan dengan lebar pita video standar yang sebesar 4,2 MHz. Semakin banyak kanal yang digunakan, semakin lebar pula pita frekuensi yang diperlukan. Kanal-kanal ini dikirim secara serentak lewat kabel.
Masalahnya, walaupun sistem TV kabel mempunyai pita frekuensi yang lebar, pesawat TV yang digunakan tidak seperti itu. Karenanya, sistem ini menyediakan beberapa kanal (umumnya kanal 2,3,4,5) sebagai kanal rujukan bagi pesawat TV atau VCR. Di kanal itu pesawat TV berfungsi sebagai monitor dan pemilihan siaran dilakukan dengan mengatur tuner/penala pada converter.
Perkembangan sistem
Munculnya teknologi-teknologi terbaru dan meningkatnya kebutuhan penganekaragaman manfaat sistem TV kabel menyebabkan sistem ini berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya terjadi pada perangkat keras maupun lunak. Di antaranya adalah penggunaan gelombang microwave, jika menara penerima siaran jarak jauh terletak jauh dari headend. Jika pemasangan kabel trunk atau distribusi sulit dilakukan atau mahal, maka gelombang microwave dapat digunakan sebagai pengganti.
Munculnya kabel serat optik, yang dapat dipakai pada sistem trunk maupun distribusi, menghasilkan sinyal siaran yang lebih baik karena tahan terhadap gangguan cuaca atau interferensi dari gelombang radio lain. Penggunaan kabel serat optik juga mengurangi jumlah amplifier yang digunakan karena kabel serat optik mempunyai nilai rugi kabel yang rendah.
Diterapkannya sistem digital pada perangkat-perangkat siaran maupun pesawat TV juga menimbulkan banyak perubahan. Teknik kompresi video digital membuat kapasitas sistem menjadi lebih tinggi sehingga memperbanyak jumlah kanal. Teknik-teknik Forward Error Correction (FEC) yang dapat memperbaiki kesalahan data akibat noise juga dimanfaatkan untuk mendapatkan laju transmisi yang lebih tinggi.
Yang cukup baru adalah pemanfaatan sistem kabel untuk Internet. Aplikasi ini bisa terjadi jika headend menambah fungsinya sebagai gateway Internet. Headend juga menjadi server untuk layanan web, e-mail, dan e-news. Untuk itu, sistem kabel harus menyediakan kanal dua arah bagi pengiriman dan penerimaan data dengan sistem LAN (Local Area Network).
Pengembangan-pengembangan lain sudah tentu harus terus dilakukan, mengingat banyak pesaing yang selalu berusaha menjadi “one stop server/operator” yang dapat memenuhi segala kebutuhan komunikasi sekaligus hiburan bagi pelanggannya. Persaingan bisa muncul dari sistem ponsel dengan TV selulernya yang lebih mobile atau saluran telepon tetap yang dapat dikembangkan menjadi pembawa sinyal siaran video. Dengan kelebihan-kelebihannya, sistem-sistem ini pastilah menjadi pesaing kuat bagi TV kabel.
Siaran televisi (TV) kabel memang sudah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, hal itu masih jadi konsumsi yang cukup mahal. Dengan kondisi: jumlah operator sedikit, hanya terdapat di beberapa kota besar (seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya), serta jumlah pelanggan terbatas di masyarakat kelas atas. Sebenarnya, seperti apa sih TV kabel itu?
Sesuai dengan namanya, kabel merupakan media penghubung antara operator siaran TV dan pelanggan. Sistem TV kabel yang pertama (dibuat pada tahun 1948) menggunakan kabel jenis twin lead. Kabel ini berbentuk pita seperti yang dipasang pada TV hitam putih. Sistem berikutnya (dibuat tahun 1950) telah menggunakan kabel coaxial. Kabel coaxial tersusun dari konduktor dalam yang diselimuti isolator dan konduktor luar, seperti yang dipasang antara antena dan pesawat TV zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, dimanfaatkan juga jaringan microwave, satelit, dan kabel serat optik.
Perjalanan TV kabel
Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa rumah sekitarnya.
Tahun 1948, Ed Parson yang tinggal di Astoria, Oregon, membuat sistem community antenna television (CATV) dengan media kabel twin-lead dan dipasang dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Sementara itu, pada tahun 1950, Bob Tarlton membangun sistemnya di Lansford, Pennsylvania, dengan menggunakan kabel coaxial yang dipasang pada tiang. Ia mendapat hak monopoli di kotanya dan menyiarkan tiga saluran bagi pelanggannya.
Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedung-gedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan. Selain itu, semakin lama tidak hanya sekadar menjadi sambungan ekstensi dari siaran TV lokal saja, tapi sudah mampu memberikan layanan yang dapat menyaingi siaran TV lain.
Melihat perkembangan itu, Federal Communication Commision (FCC) membuat batasan bagi TV kabel untuk menerima siaran televisi jarak jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan tadi dengan membuat undang-undang yang membatasi kemampuan operator TV kabel dalam menyiarkan: film, sekilas peristiwa, dan lain-lain.
Akan tetapi, pada tahun 1972 dikeluarkan kebijakan deregulasi bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan semakin diperlonggar. Hal itu membangkitkan industri pembuat kelengkapan televisi kabel di tingkat lokal dan federal. Dengan demikian, terjadilah pertumbuhan layanan siaran dan penambahan pelanggan. Penggunaan teknologi microwave, komunikasi satelit, dan kabel serat optik sebagai media tambahan juga meningkatkan pertumbuhan layanan. Selain itu, diperoleh pula peningkatan saluran dengan cara kompresi data video digital.
Di Indonesia sendiri TV kabel muncul pada awal tahun 1990-an. Saat ini sedikitnya ada tiga operator yang masih terpaku untuk melayani kalangan tertentu di beberapa kota besar. Biaya penyambungan dan langganan yang tinggi membuat belum banyak orang berminat menjadi pelanggan. Belum lagi jumlah stasiun televisi yang tampaknya masih dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat kita. Apalagi dengan munculnya TV-TV lokal.
Headend adalah sumber dari sinyal yang dipancarkan ke sistem kabel. Headend tidak hanya menerima sinyal siaran lokal untuk dipancarkan saja, tetapi juga dapat menerima sinyal-sinyal: siaran dari kota yang jauh, siaran dari satelit, dan dari gelombang microwave. Karena itu, headend dilengkapi dengan perangkat penunjang, seperti menara dan berbagai jenis antena, termasuk antena parabola, untuk menerima siaran dari satelit.
Selain itu, headend bisa mempunyai program siaran sendiri sehingga membutuhkan studio yang memadai untuk menghasilkan program siarannya. Untuk aplikasi ini, headend dapat mengatur sendiri waktu dan saluran yang diperlukan. Adapun waktu dan saluran untuk community access biasanya dipercayakan kepada franchise lokal. Pada umumnya sistem TV kabel tidak dapat melakukan editing kontrol terhadap kualitas atau isi program-program community access.
Sistem kabel terdiri atas dua bagian, yaitu sistem trunk dan sistem distribusi. Sistem trunk berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelompok-kelompok pelanggan. Perangkat-perangkat dalam sistem trunk adalah kabel trunk dan trunk amplifier. Trunk amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal yang melemah akibat panjangnya kabel. Ia dipasang pada tiap jarak tertentu. Jumlah amplifier yang dipasang pada kabel dibatasi oleh nilai noise dan distorsi pada amplifier bersangkutan. Kabel yang bermutu baik akan mengurangi jumlah amplifier untuk panjang kabel yang sama.
Sistem distribusi berfungsi untuk mendistribusikan sinyal ke tiap-tiap rumah dalam satu kelompok pelanggan. Antara sistem trunk dan sistem distribusi dipasang interface yang disebut bridger amplifier. Perangkat pendukung sistem distribusi adalah kabel distribusi, line extender amplifier, dan tap. Fungsi line extender amplifier pada sistem distribusi serupa dengan fungsi trunk amplifier pada sistem trunk. Tap berfungsi sebagai titik pengambilan sinyal atau percabangan untuk kabel drop yang dihubungkan dengan perangkat pada pelanggan. Berbeda dengan kabel distribusi yang berstruktur kaku, kabel drop mempunyai struktur yang fleksibel/lentur.
Di rumah pelanggan, keluaran kabel drop dihubungkan dengan TV atau VCR (video cassete recorder). Tetapi, jika TV atau VCR pelanggan tidak dapat menemukan seluruh kanal yang ada (karena VCR tidak kompatibel dengan sistem kabel), diperlukan converter yang berfungsi sebagai interface/penerjemah antara TV dan sistem kabel. Biasanya, converter telah disediakan oleh operator TV kabel. Jika sinyal siaran yang dikirim oleh headend melalui proses pengacakan (scrambling), pada converter harus dipasang descrambler.
Pita frekuensi dan kanal
Pita frekuensi sinyal operasi TV kabel relatif lebar, berkisar 50 MHz sampai dengan 450 MHz, bahkan hingga 1 GHz. Pita frekuensi selebar itu dibagi menjadi banyak kanal. Lebar tiap kanal disesuaikan dengan lebar pita video standar yang sebesar 4,2 MHz. Semakin banyak kanal yang digunakan, semakin lebar pula pita frekuensi yang diperlukan. Kanal-kanal ini dikirim secara serentak lewat kabel.
Masalahnya, walaupun sistem TV kabel mempunyai pita frekuensi yang lebar, pesawat TV yang digunakan tidak seperti itu. Karenanya, sistem ini menyediakan beberapa kanal (umumnya kanal 2,3,4,5) sebagai kanal rujukan bagi pesawat TV atau VCR. Di kanal itu pesawat TV berfungsi sebagai monitor dan pemilihan siaran dilakukan dengan mengatur tuner/penala pada converter.
Perkembangan sistem
Munculnya teknologi-teknologi terbaru dan meningkatnya kebutuhan penganekaragaman manfaat sistem TV kabel menyebabkan sistem ini berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya terjadi pada perangkat keras maupun lunak. Di antaranya adalah penggunaan gelombang microwave, jika menara penerima siaran jarak jauh terletak jauh dari headend. Jika pemasangan kabel trunk atau distribusi sulit dilakukan atau mahal, maka gelombang microwave dapat digunakan sebagai pengganti.
Munculnya kabel serat optik, yang dapat dipakai pada sistem trunk maupun distribusi, menghasilkan sinyal siaran yang lebih baik karena tahan terhadap gangguan cuaca atau interferensi dari gelombang radio lain. Penggunaan kabel serat optik juga mengurangi jumlah amplifier yang digunakan karena kabel serat optik mempunyai nilai rugi kabel yang rendah.
Diterapkannya sistem digital pada perangkat-perangkat siaran maupun pesawat TV juga menimbulkan banyak perubahan. Teknik kompresi video digital membuat kapasitas sistem menjadi lebih tinggi sehingga memperbanyak jumlah kanal. Teknik-teknik Forward Error Correction (FEC) yang dapat memperbaiki kesalahan data akibat noise juga dimanfaatkan untuk mendapatkan laju transmisi yang lebih tinggi.
Yang cukup baru adalah pemanfaatan sistem kabel untuk Internet. Aplikasi ini bisa terjadi jika headend menambah fungsinya sebagai gateway Internet. Headend juga menjadi server untuk layanan web, e-mail, dan e-news. Untuk itu, sistem kabel harus menyediakan kanal dua arah bagi pengiriman dan penerimaan data dengan sistem LAN (Local Area Network).
Pengembangan-pengembangan lain sudah tentu harus terus dilakukan, mengingat banyak pesaing yang selalu berusaha menjadi “one stop server/operator” yang dapat memenuhi segala kebutuhan komunikasi sekaligus hiburan bagi pelanggannya. Persaingan bisa muncul dari sistem ponsel dengan TV selulernya yang lebih mobile atau saluran telepon tetap yang dapat dikembangkan menjadi pembawa sinyal siaran video. Dengan kelebihan-kelebihannya, sistem-sistem ini pastilah menjadi pesaing kuat bagi TV kabel.
No comments:
Post a Comment